SERANG/POSPUBLIK.CO – Ditengah Pandemi Covid-19, ancaman virus Demam Berdarah Dengue (DBD) juga sangat mengkhawatirkan. Bahkan, sepanjang tahun 2020 atau dari Januari hingga Mei, sebanyak 1.977 warga Banten terjangkit DBD.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten Ati Pramudji Hastuti mengatakan, pada Januari terdapat 556 kasus, Februari 461 kasus, Maret 377 kasus, April 323 kasus dan Mei 260 kasus. Sehingga total sepanjang tahun 2020 mencapai 1.977 kasus. Dari jumlah kasus itu, Kabupaten Pandeglang mendominasi dibandingkan kabupaten/kota lainnya.
“Kabupaten Pandeglang 456 kasus, Kota Tangsel 317 kasus dan Kabupaten Tangerang 227 kasus,” kata Ati saay dihubungi awak media, Jumat (26/6/2020).
Untuk mengantisipasi lonjakan kasus, ujar Ati, saat ini Dinkes Banten dan kabupaten/kota terus melakukan Fogging (pengasapan) dan menekankan pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3 M plus.
“Melakukan PSN bersama warga dengan 3M plus, melakukan promosi kesehatan melalui sosialisasi dan KIE, imbauan kepada masyarakat terhadap pencegahan DBD di era Pandemi Covid-19,” ujarnya.
Terpisah, Kepala Bidang Pengendalian dan pemberantasan penyakit menular (P2P) Dinkes Pandeglang Achmad Sulaiman mengatakan, lonjakan kasus DBD di Bandingkan tahun 2019 lalu di Pandeglang angkanya terus meningkat. Padahal, tahun 2020 baru mencapai bulan ke enam.
“Ada peningkatan diakhir 2019 dan puncaknya di awal 2020, Januari sampai juni 2020 Sebanyak 470 kasus, sedangkan Januari sampai Desember 2019 sebanyak 316 kasus,” katanya.
Menurutnya, kasus terbanyak tercatat di Puskesmas Kecamatan Sumur mencapai 88 Kasus, Puskesmas Labuan mencapai 73 Kasus, sedangkan Puskesmas Majasari mencapai 53 Kasus. “Untuk kematian alhamdulillah belum dan mudah-mudahan tidak terjadi,” ungkap Achmad.
Sementara itu, Kepala Seksi Pencegahan Penanggulangan Penyakit Menular Dinkes Kota Serang Mohammad Affan mengatakan, kasus DBD di Kota serang sejak awal tahun 2020 mencapai 226 kasus dengan angka kematian 3 orang.
Terlebih, Kata Affan, kasus DBD paling rawan di wilayah perkotaan, karena penduduknya padat. “Alasannya karena kepadatan penduduk, masyarakat yang belum sadar dengan memberantas sarang nyamuk,” ujar Affan.
Affan berharap masyarakat bisa menjaga kebersihan agar tidak terdapat sarang nyamuk di rumahnya, sehingga kesadaran masyarakat diperlukan dalam menghentikan lonjakan kasus DBD.
“Anak nyamuk, belang beda dengan nyamuk yang biasa menggigit pada siang hari, Kita terus melakukan pengentasan untuk mengurangi itu,” tandasnya. (Moch)