SERANG/POSPUBLIK.CO – Dampak pandemi Covid-19, banyak orang rela banting stir demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahkan, ada yang rela menjadi ‘manusia silver’ yang mengandalkan hidup dijalanan.
Seperti yang dialami Dani (50) warga Kabupaten Lebak, ia terpaksa menjadi manusia silver untuk menyambung hidupnya di masa Covid-19 ini. Dani kini harus berjibaku mengumpulkan koin di lampu merah Cipocok Jaya, Kota Serang.
Dani bercerita, awalnya ia sempat bekerja sebagai pengusaha pakaian (penjual baju dan celana) di Tanah Abang, Jakarta. Namun, karena diterjang wabah Covid-19, usaha yang ditekuninya pun berakhir kolaps dan gulung tikar.
“Karena ekonomi lagi susah, makanya saya beralih ke sini (Kota Serang, red). Tadinya saya di Tanah Abang. Karena corona, saya akhirnya harus mencari uang ke sini,” ujar Dani kepada awak media saat ditemui di Lampu Merah Cipocok, Kota Serang, Kamis, (20/8/2020).
Dani menyebut, aktivitas manusia silver tidak setiap hari dilakukannya, karena ada jadwal-jadwal tertentu yang sudah di sepakati bersama komunitasnya, “Kalau hari Senin-Selasa kita biasanya libur, kita libur kan menghormati Pol PP,” ucapnya.
Dani menuturkan, sudah cukup lama menekuni dunia jalanan sebagai manusia silver, sehingga dengan rekan seprofesinya yang lain sudah akrab dan terbangun solidaritas.
“Kalau di jalan-jalan kita aman-aman saja, sama-sama di jalanan dengan manusia silver lain kita bergabung. Tidak pernah bermusuhan,” tuturnya.
Untuk menjadi manusia silver, ujar dia, bukanlah hal yang mudah, karena tak jarang merasakan perbuatan yang melecehkan profesinya tersebut. Bahkan, tak jarang mereka bersinggungan dengan para pengamen yang juga mengandalkan hidupnya di jalanan.
“Pengamen itu sentimen, sering sirik gitu kepada manusia silver karena pendapatan kita per hari bisa sampai Rp 70.000 – Rp 100.000,” keluh Dani seraya mengakhiri obrolan dengan wartawan. (Moch)