SERANG/POSPUBLIK.CO – Gubernur Banten Wahidin Halim menilai sistem pendidikan SMK tidak menyesuaikan dengan kebutuhan pasar Industri. Sehingga, lulusan SMK menjadi salah satu penyumbang pengangguran tertinggi di Banten.
“Ya karena SMK tidak sesuai dengan kebutuhan kerja ‘Unskill’ ketidakmampuan mereka, karena mereka rata-rata jurusan yang tidak diperlukan oleh Industri,” ujar Gubernur WH kepada awak media saat ditemui di Pendopo Gubernur Banten, Curug, KP3B, Kota Serang, Selasa (10/11/2020) kemarin.
WH menyebut, berdasarkan perkembangan industri ada pembaruan berbagai produksi, tak terkecuali produksi kimia. Dengan begitu, kata dia, sistem pendidikan SMK pun harus diperbaharui supaya selaras dengan kebutuhan.
“Zat kimia, dibutuhkan sekarang dengan kebutuhan begitu banyak tenaga kerja yang bisa diserap tapi ternyata output dari pendidikan nggak, ada terbatas, Itu saja persoalannya,” katanya.
Kedepannya, WH mengaku akan turun gunung serta menugaskan Disnaker dalam rangka menyosialisasikan pentingnya perubahan pendidikan untuk memperluas skill kerja, “Nah Disnaker lagi ngumpulin data agar disesuaikan antara kebutuhan industri dengan SMK,” terangnya.
“Kita adakan semacam seminar dengan SMK, supaya ada bagian jurusan-jurusan yang match dengan industri,” paparnya.
Sebagaimana Diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten merilis angka Pengangguran Terbuka (TPT) periode Agustus 2020 mencapai 10,64 persen atau sebanyak 661 ribu orang, jumlah tersebut naik dibandingkan tahun 2019 sebesar 8,01 persen atau 489,8 ribu orang yang menganggur.
Diketahui, berdasarkan jenjang pendidikan TPT lulusan Sekolah Dasar (SD) bertengger diposisi paling rendah, sedangkan TPT lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan yang paling tinggi di Banten. Adapun rincinya TPT SMK Agustus 2018, mencapai 14,28 persen, lalu 2019 mencapai 13,19 persen, 2020 naik signifikan mencapai 18,28 persen. (Jen)